Pada
konsep pemrosesan sistem terdistribusi terdapat konsep yang terkenal ialah
konsep client-server. Menurut para ahli definisi client server sebagai berikut
:
Definisi
client server menurut Budhi irawan (2005 : 30), Server adalah komputer database
yang berada di pusat, dimana informasinya dapat digunakan bersama-sama oleh
beberapa user yang menjalankan aplikasi di dalam komputer lokalnya yang disebut
dengan Client.
Menurut
Budi Sutedjo Dharma Oetomo (2006),
Arsitektur Client Servermerupakan model konektifitas pada jaringan yang
membedakan fungsi komputer apakah sebagai client atau server. Arsitektur ini
merupakan sebuah komputersebagai server yang bertugas memberikan layanan kepada
terminal-terminallain(client)yang terhubung dalam sistem jaringan itu.
Menurut
Agus Mulyanto (2009 : 41) mendefinisikan client-server sebagai arsitektur yang
paling banyak digunakan saat ini. Dimana client dapat melakukan proses sendiri,
ketika client meminta data, server akan mengirimkan data sesuai yang diminta,
kemudian proses akan dilakukan di client.
Jadi dapat disimpulkan client-server adalah proses pendistribusian kerja aplikasi yang dibagi menjadi dua segmen yaitu client sebagai peminta layanan dan server sebagai pemberi layanan yang dihubungkan dengan jaringan komputer.
Model-Model
Client Server
Dalam
client-server terdapat beragai macam model yang dapat diimplementasikan dalam
proses terdistribusi. Model-modelnya sebagai berikut :
Model Two Tier
Dalam
model client/server, pemrosesan pada sebuah aplikasi terjadi pada client dan
server.. Aplikasi ditempatkan pada computer client dan mesin database
dijalankan pada server jarak-jauh. Aplikasi client mengeluarkan permintaan ke
database yangmengirimkan kembali data ke client-nya. Model Two-tier terdiri
dari tiga komponen yang disusun menjadi dua lapisan : client (yang meminta
serice) dan server (yang menyediakan service).
Kelebihan
–
Mudah
–
Menangani Database Server secara khusus
–
Relatif lebih sederhana untuk di develop dan diimplementasikan.
Kekurangan:
-
Kurangnya skalabilitas
-
Koneksi database dijaga
-
Tidak ada keterbaharuan kode
-
Tidak ada tingkat menengah untuk menangani keamanan dan transaksi
-
skala kecil.
-
Susah di amankan.
-
Lebih mahal.
Model Three Tier
Pada
arsitektur Three Tier ini terdapat Application Server yang berdiri di antara
Client dan Database Server. Contoh dari Application server adalah IIS,
WebSphere, dan sebagainya.
Konsep
model three-tier adalah model yang membagi fungsionalitas ke dalam
lapisan-lapisan, aplikasi mendapatkan skalabilitas, keterbaharuan, dan
keamanan.
-
Segala sesuatu mengenai database terinstalasikan pada sisi server, begitu pula
dengan pengkonfigurasiannya. Hal ini membuat harga yang harus dibayar lebih
kecil.
-
Apabila terjadi kesalahan pada salah satu lapisan tidak akan menyebabkan
lapisan lain ikut salah
- Perubahan
pada salah satu lapisan tidak perlu menginstalasi ulang pada lapisan yang
lainnya dalam hal ini sisi server ataupun sisi client.
-
Skala besar.
-
Keamanan dibelakang firewall
-
informasi antara web server dan server database optimal.
-
Komunikasi antara system-sistem tidak harus didasarkan pada standart internet,
tetapi dapat menggunakan protocol komunikasi yang lebvih cepat dan berada pada
tingkat yang lebih rendah.
-
Penggunaan middleware mendukung efisiensi query database dalam SQL di pakai
untuk menangani pengambilan informasi dari database
Kekurangan:
-
Lebih susah untuk merancang
-
Lebih susah untuk mengatur
-
Lebih mahal
Arsitektur
Multi Tier adalah suatu metode yang sangat mirip dengan Three Tier. Bedanya,
pada Multi Tier akan diperjelas bagian UI (User Interface) dan Data Processing.
Yang membedakan arsitektur ini adalah dengan adanya Business Logic Server.
Database Server dan Bussines Logic Server merupakan bagian dari Data
Processing, sedangkan Application Server dan Client/Terminal merupakan bagian
dari UI.
Kelebihan:
-
Dengan menggunakan aplikasi multi-tier database, maka logika aplikasi dapat
dipusatkan pada middle-tier, sehingga memudahkan untuk melakukan control
terhadap client-client yang mengakses middle server dengan mengatur seting pada
dcomcnfg.
-
Dengan menggunakan aplikasi multi-tier, maka database driver seperti BDE/ODBC
untuk mengakses database hanya perlu diinstal sekali pada middle server, tidak
perlu pada masing-masing client.
-
Pada aplikasi multi-tier, logika bisnis pada middle-tier dapat digunakan lagi
untuk mengembangkan aplikasi client lain,sehingga mengurangi besarnya program
untuk mengembangkan aplikasi lain. Selain itu meringankan beban pada tiap-tiap
mesin karena program terdistribusi pada beberapa mesin.
-
Relatif lebih mahal
-
Memerlukan adaptasi yang sangat luas ruang lingkupnya apabila terjadi perubahan
sistem yang besar.
Kekurangan:
-
Program aplikasi tidak bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus
memanggil prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier.
- Lebih
mahal
Referensi :
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3tipdf/206511008/bab2.pdfhttp://adhek09.wordpress.com/category/telematika/arsitektur/
http://iqbalhabibie.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31623/7.+Model+konsep+ClientServer.doc
http://naeli.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8479/Proses.pdf
Berikut materi yang berkaitan dengan proses sistem terdistribusi
http://mikodean.blogspot.com/2014/03/proses-thread.htmlhttp://bengore.blogspot.com/2014/03/multithreading-models.html
http://bangunhutomo.blogspot.com/2014/03/agent-pada-sistem-terdistribusi.html
http://insurgent.blogspot.com/2014/03/software-agent-dan-karakteristik-bahasa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar